SD ISLAM MA'ARIF ASWAJA Balongpanggang Gresik

Wednesday, November 30, 2011

SUARA nan INDAH

Intonasi Suara

Tinggi-rendahnya (intonasi) suara adalah bagian penting dari ungkapan perasaan positif seseorang. Bagaimana seorang menggunakan intonasi mencerminkan kualitas orang bersangkutan. Bahkan, suara merdu sekalipun dapat menyakiti jika diartikulasikan dengan tidak sepatutnya. Allah menasihati hamba-hamba-Nya melalui ucapan Luqman,

"... lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (Luqman [31]: 19)

Seseorang yang bicara dalam suara keras atau menghardik orang lain tidak akan memberi kesan menyenangkan pada pihak lain. Di samping itu, pada kebanyakan kasus, hal seperti ini terasa tak tertahankan, seperti mendengarkan raungan keledai.

Dengan kata lain, cara orang bicara adalah hal yang penting. Suara orang yang sedang dirundung berang mungkin terdengar tak mengenakkan, meskipun suara lelaki atau perempuan itu, dalam suasana normal, mungkin terasa sedap ditelinga. Sebaliknya juga begitu, seseorang dengan lantunan suara tak sedap bisa saja terdengar lebih merdu kalau mengikuti nilai-nilai terpuji dari Al-Qur`an. Suara merdu, di pihak lain, mungkin saja terkesan menyerang dan tak tertahankan, jika orang itu angkuh dan berkesan menyakitkan. Karena suara orang tersebut, yang merupakan pantulan sifat negatif diri, baik lelaki atau perempuan, cenderung berkeluh kesah dan menghasut. Sebagaimana halnya suara, mereka yang berakhlaq mulia selalu memiliki sifat rendah hati, santun, bersahaja, damai, dan konstruktif. Dengan sudut pandang positif dalam kehidupan, mereka selalu ceria, bersemangat, cerah, dan gembira. Sifat sempurna ini, yang timbul dari kehidupan dengan akhlaq perilaku seperti dijelaskan dalam Al-Qur`an, termanifestasikan dalam lantun suara seseorang.

Tuesday, November 22, 2011

SENGAJA MENINGGALKAN SHALAT

Ulama Ahli Hadits berbeda pendapat mengenai orang yang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja. 

Imam Ahmad dan banyak ulama salaf menganggap kafir orang tersebut dan mengeluarkannya dari Islam, berdasarkan hadits shahih bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Yang membatasi antara seorang hamba dan kemusyrikan adalah meninggalkan shalat. Siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir."

Sementara Imam Syafi'i, para sahabatnya dan banyak ulama salaf menganggap orang tersebut belum kafir, selama masih meyakini kewajiban shalat tersebut. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang tersebut harus dibunuh, sebagaimana dibunuhnya orang-orang murtad. 

Mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu'alaihi wa sallam:
"Siapa yang meninggalkan shalat (dengan mengingkari kewajibannya) maka ia kafir"

Hal itu sebagaimana firman Allah:

 إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَهُم بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
"Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka kafir (ingkar) kepada hari kemudian" (Yuusuf:37).

Beliau (Yusuuf) meninggalkan mereka bukan karena tindakan yang belum jelas kekufurannya, namun karena mereka mengingkari (Allah dan hari akhir).

Monday, November 14, 2011

pendidikan yang sehat


اقرأ بسم ربك الذي خلق 
Bacalah atas nama tuhanmu yang telah menciptakanmu
Tak ada bukti bahwa Nabi Muhammad pernah belajar seni menulis dan umumnya orang sepakat bahwa ia buta huruf sepanjang hayat. Sepotong ayat di atas memberi isyarat bukan tentang persoalan buta huruf, melainkan penting­nya pendidikan yang sehat bagi masyarakatdi masa mendatang. Nabi Muhammad mencurahkan segala upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam pengembangan pendidikan, manfaat serta imbalan para pelajar dan juga sanksi hukum bagi pengekang ilmu pengetahuan. Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda,


"Siapa yang memilih jalan pencarian ilmu pengetahuan, Allah akan membuka baginya jalan menuju surga."

Sebaliknya beliau memberi peringatan,

"Siapa yang ditanya ilmu yang telah dikuasai lalu ia sembunyikan, orang itu akan dililit api neraka di hari Kiamat."

Nabi Muhammad minta para ilmuwan dan yang masih belum berbudaya agar kerja sama menasihati mereka yang tidak pernah belajar, dan kaum cendekiawan agar mau mengembangkan ilmunya pada para jiran. Penekanan diberikan pada setiap yang memiliki keahlian karya tulis di mana dalam sebuah hadith ditegaskan agar mengambil peran laksana seorang ayah pada anak.

Nabi adalah pelopor pendidikan gratis di mana saat `Ubada b. as-Samit menerima hadiah dari seorang pelajar (dengan niatan untuk kepentingan Islam), Nabi Muhammad menegurnya
"Jika mau menerima lilitan api neraka di leher anda, maka ambilah hadiah itu."


Prof. Dr. M.M al A'zami

Sunday, November 13, 2011

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Peradaban Islam adalah terjemahan dari bahasa arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata ini sering juga diterjemahkankedalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia sebagaimana juga di Arab dan di Barat, masih banyak yang mensinonimkan dua kata kebudayaan ( Arab: al-Tsaqafah, Inggris: Culture ) dan Peradaban ( Arab: Hadharah, Inggris: Civilization ). Dalam perkembangan ilmu Antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi ( agama ) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teologi. Jadi, peradaban adalah hasil budaya manusia yang melahirkan ilmu pengetahuan dan system tatanan social. Peradaban Islam adalah peradaban yang diletakkan di atas dasar aqidah tauhid dan ilmu pengetahuan.
Agama Islam mendorong umatnya dan semua manusia untuk mengembangkan intelektual dengan cara memperhatikan fenomena - fenomena alam dan ciptaan-Nya.

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(QS.Ali Imran:190 ).


Sejarah telah mencata, jauh sebelum bangsa Eropa mencapai kemajuan seperti sekarang, umat islam telah mendahuluinya. Yaitu sejak tahun 60-1250 M mereka telah menguasai ilmu pengetahuan seperti ilmu fisika, Biologi, Sosiologi, Matematika ,Kedokeran dan lain sebagainya.
Sejarah juga mencatat, bahwa negeri- negeri islam menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Makkah menjadi pusat ibadah bagi kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah Haji, sedangkan Baghdad pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan, tempat cendekiawan muslim berkumpul dari segenap penjuru untuk menambah ilmu pengetahuan mereka, yang akan mereka sebarluaskan ke negeri mereka masing-masing.

Monday, November 7, 2011

Al-Qur'an Lentera kehidupan

Al-Qur’an adalah sumber utama bagi umat Islam dalam mengatur segala aspek kehidupannya
dan petunjuk bagi sikap dan prilaku baik menjalani kehidupan dunia maupun persiapan menuju akhirat. Karena di dalam Qur’an terdapat norma-norma dan isyarat untuk dapat dijadikan sebagai way of life (lentera kehidupan) dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Sewaktu Islam lahir di persada tanah arab, manusia pada waktu itu dibelenggu oleh kesengsaraan batin, kemusyrikan (watsaniyah) dan pengkebiran rasa kemanusiaan. Seolah-olah Tuhan telah mati. Akhlak dan budi pekerti amat bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Sepertinya ajaran-ajaran agama samawi yang dibawa oleh para rasul sebelum nabi Muhammad saw telah terbabat habis. Sebagai wujud dari kesesatan mereka, sewaktu awal kedatangan Islam, mareka berlomba-lomba untuk menentang ajaran baru (Islam) karena ia sangat bertentangan dengan kesewenang-wenangan, perbudakan dan kemusyrikan (watsaniyah) yang di warisi dari moyang mereka.
Namun oleh karena Islam yang mukjizatnya bersiafat aqliyah-ma’nawiyah dan sesuai dengan fitrah (cinta kepada sesuatu yang agung melahirkan keberagamaan, cinta kesucian/keiklasan melahirkan estetika, cinta kebenaran melahirkan ilmu, dan cinta keindahan melahirkan seni), secara bertahap kuffar Quraish memeluk agama baru ini dengan senang hati dan penuh percaya diri. Bahkan karakter mereka menjadi terbalik yang dulu benci dan memerangi Islam sekarang menjadi cinta dan terdepan dalam mempertahankan Islam dibumi Saudi Arabia. Untuk itulah perlu dicermati bagaimana metode-metode Tuhan dalam Qur’an untuk membetuk kepribadian mereka menjadi pribadi yang mulia yang konsisten di jalan kebenaran, dan jiwa mereka tercerahkan kembali dari alam kedurjanaan (syaithoniyah) ke alam kebenaran (Ilahiyah). Salah satu metode-metode Qur’ani : mendidik melalui kisah-kisah Qur’ani.

Thursday, November 3, 2011

Biasakan Anak Sholat

مُرُوا آولاَدَكُم بالصلاَةِ اِذَا بَلَغُوا سَبعاً وَاضرِبُوهُم عَلَيهَااِذَا بَلَغُوا عَشرًاوَفَرقُوابَينَهُم في المَضَاجِعِ




“Perintahlah anakmu untuk mengerjakan shalat jika usianya telah mencapai tujuh tahun, dan pukullah jika usianya mencapai sepuluh tahun (jika dia meninggalkan sholat), serta pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan perempuan).” (HR.Ahmad, Abu Dawud, dan hakim. Dia berkata bahwa hadits ini shahih dari jalur Muslim).