dan petunjuk bagi sikap dan prilaku baik menjalani kehidupan dunia maupun persiapan menuju akhirat. Karena di dalam Qur’an terdapat norma-norma dan isyarat untuk dapat dijadikan sebagai way of life (lentera kehidupan) dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Sewaktu Islam lahir di persada tanah arab, manusia pada waktu itu dibelenggu oleh kesengsaraan batin, kemusyrikan (watsaniyah) dan pengkebiran rasa kemanusiaan. Seolah-olah Tuhan telah mati. Akhlak dan budi pekerti amat bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Sepertinya ajaran-ajaran agama samawi yang dibawa oleh para rasul sebelum nabi Muhammad saw telah terbabat habis. Sebagai wujud dari kesesatan mereka, sewaktu awal kedatangan Islam, mareka berlomba-lomba untuk menentang ajaran baru (Islam) karena ia sangat bertentangan dengan kesewenang-wenangan, perbudakan dan kemusyrikan (watsaniyah) yang di warisi dari moyang mereka.
Namun oleh karena Islam yang mukjizatnya bersiafat aqliyah-ma’nawiyah dan sesuai dengan fitrah (cinta kepada sesuatu yang agung melahirkan keberagamaan, cinta kesucian/keiklasan melahirkan estetika, cinta kebenaran melahirkan ilmu, dan cinta keindahan melahirkan seni), secara bertahap kuffar Quraish memeluk agama baru ini dengan senang hati dan penuh percaya diri. Bahkan karakter mereka menjadi terbalik yang dulu benci dan memerangi Islam sekarang menjadi cinta dan terdepan dalam mempertahankan Islam dibumi Saudi Arabia. Untuk itulah perlu dicermati bagaimana metode-metode Tuhan dalam Qur’an untuk membetuk kepribadian mereka menjadi pribadi yang mulia yang konsisten di jalan kebenaran, dan jiwa mereka tercerahkan kembali dari alam kedurjanaan (syaithoniyah) ke alam kebenaran (Ilahiyah). Salah satu metode-metode Qur’ani : mendidik melalui kisah-kisah Qur’ani.
No comments:
Post a Comment